$type=grid$count=3$$meta=0$snip=0$rm=0$show=home

Khutbah Jum’at: Bila Bencana Melanda

Banyaknya pengunjung blog BERSAMA DAKWAH yang mencari ceramah Ramadhan dan khutbah Idul Fitri telah memberikan semangat dan inspirasi untuk...

Banyaknya pengunjung blog BERSAMA DAKWAH yang mencari ceramah Ramadhan dan khutbah Idul Fitri telah memberikan semangat dan inspirasi untuk menambahkan kategori Khutbah Jum’at pada blog ini. Harapan ideal adalah bisa melakukan posting Khutbah Jum’at ini setiap Jum’at pagi atau Kamis siang. Tapi belajar dari pengalaman selama ini, seringkali posting rutin tidak terlaksana.

Karenanya, tidak ada janji untuk memposting Khutbah Jum’at rutin setiap pekan. Namun, tetap berdoa kepada Allah agar dimudahkan posting Khutbah Jum’at ini. Dan, sebagai posting perdana, sesuai dengan kondisi aktual yang terjadi di negeri ini berupa bencana gempa di Padang, Sumatra Barat, Khutbah Jum’at ini mengambil tema Bila Bencana Melanda.
***

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .
{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [النساء: 1] .
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Marilah senantiasa berupaya meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. Terlebih, setelah satu bulan yang lalu kita ditarbiyah Allah SWT dalam bulan-Nya yang mulia; Ramadhan Al-Mubarak. Kita kita berada di tengah-tengah bulan Syawal. Syawal yang berarti peningkatan, sudah selayaknya kita lalui dengan meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan taqwa inilah kita akan mendapatkan kemudahan dari Allah SWT dalam urusan-urusan kita; urusan duniawi maupun urusan ukhrawi di hari kiamat nanti.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا [الطلاق/4]
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusan-Nya. (QS. Ath-Thalaq : 4)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pasca aktifitas silaturahim kita dalam momen Idul Fitri Syawal 1430 H ini, tiba-tiba kita dikejutkan dengan terjadinya gempa yang menimpa saudara-saudara kita di Sumatra Barat, khususnya Padang. Maka musibah ini seketika menimbulkan duka di hati kita. Meskipun –mungkin- tidak ada keluarga dan kerabat dekat kita yang menjadi korban di sana, namun ukhuwah Islamiyah telah melebihi ikatan darah. Sehingga saat saudara-saudara kita dilanda gempa, kita pun merasakan goncangannya dalam jiwa kita. Rasa sedih itupun ikut datang dan mewarnai perasaan kita. Dan memang begitulah seharusnya. Saat sebagian orang beriman ditimpa bencana, orang beriman lainnya turut merasakannya. Seperti sabda Rasulullah SAW :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, belas kasih, dan rasa simpati ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh tidak bisa tidur (akan merasakan sakit) dan demam. (Muttafaq ‘alaih)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Azza wa Jalla,
Entah kali keberapa bencana ini menimpa negeri kita, Indonesia. Bencana demi bencana seakan susul menyusul tiada henti, datang silih berganti.

Lalu bagaimana kita menyikapi bencana? Seperti apa Islam mengajarkan kita bila bencana melanda?

Pertama, menyadari segalanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Inilah paradigma dasar yang akan mengantarkan seseorang menuju sabar. Dan dari kesabaran yang ia mampu hadirkan saat menghadapi bencana, seorang muslim akan mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Allah SWT.

Kesadaran ini adanya memang dalam hati. Paradigma ini adanya memang di dalam jiwa manusia yang tidak bisa diketahui secara sempurna oleh sesamanya. Namun, secara reflek reaksi seseorang saat mendapati bencana mencerminkan kesadaran dan paradigma ini. Karenanya saat seorang muslim ditimpa bencana dan langsung keluar ucapan seketika dari lisannya “inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’un”, insya Allah ia termasuk orang-orang yang sabar.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) [البقرة/155، 156]
Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un” (sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya). (QS. Al-Baqarah : 155-156)

Dalam Fi Dhilalil Qur’an kita mendapati penjelasan yang bagus dari Sayyid Quthb tentang kesadaran yang harus kita miliki. Bahwa “Kita adalah milik Allah. Kita semua dan segala sesuatu yang ada pada kita. Eksistensi kita dan zat kita adalah kepunyaan Allah. Dan, kepada-Nyalah kita kembali dan menghadap dalam setiap perkara. Maka, kita harus pasrah dan menyerah secara mutlak. Menyerah sebagai perlindungan terakhir yang bersumber dari pertemuan vis a vis dengan satu hakikat dan pandangan yang benar.”

Kedua, sabar menghadapinya.
Sabar adalah suatu pekerjaan yang sangat berat dilakukan. Namun yang paling berat adalah sabar pada benturan pertama. Tetapi, justru inilah hakikat sabar saat menghadapi musibah.

Saat seseorang hidup dengan beragam kenikmatan, tiba-tiba kenikmatan itu dicabut seketika oleh Allah SWT, banyak orang yang shock, terguncang, panik, lalu secara spontan keluarlah tangisan, jeritan, bahkan cercaan dari lisannya sendiri yang menggambarkan betapa ia tidak siap dengan musibah itu. Saat seseorang biasa dengan kehidupan sebagai orang kaya, lalu tiba-tiba jatuh miskin, saat-saat itulah yang paling berat baginya. Saat seseorang memiliki rumah, kendaraan, dan berbagai harta yang disukai dan dibanggakannya, lalu tiba-tiba gempa menghancurkan segalanya, itulah saat-saat paling berat baginya. Tapi, di situlah letak kesabaran akan nyata. Apakah ia memilikinya atau tidak.

Persis seperti hadits yang diriwayatkan Anas. Bahwa ada perempuan menangis di pemakaman. Nabi SAW berkata kepada wanita itu “Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu menjawab, “Pergilah, kamu tidak pernah ditimpa musibah seperti yang menimpaku.” Wanita itu belum mengenal Nabi SAW. Ketika diberitahu bh beliau adalah Nabi SAW, wanita itu mendatangi beliau. Wanita itu berkata, “Aku belum mengenal engkau.” Nabi SAW bersabda:
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
“Sabar itu pada benturan pertama.” (HR. Bukhari)

Bagi orang yang sabar-lah Allah menjanjikan keberkahan dan rahmat sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah : 157.

Bagi mereka yang kehilangan keluarganya dalam musibah seperti gempa ini dan bersabar, baginya surga sebagai balasannya.

مَا لِعَبْدِى الْمُؤْمِنِ عِنْدِى جَزَاءٌ ، إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ، ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Jika seorang hamba ditinggal mati orang yang paling dicintainya, lalu ia bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah, maka tidak ada pahala baginya, kecuali surga. (HR. Bukhari)

Bahkan, musibah dalam skala kecil saja akan menjadi penebus dosa baginya, jika ia bersabar dalam menghadapinya.

مَا لِعَبْدِى الْمُؤْمِنِ عِنْدِى جَزَاءٌ ، إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ، ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Segala sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah gulana, maupun duri yang mengenainya (adalah ujian baginya). Dengan ujian itu Allah mengampuni dosa-dosanya. (Muttafaq ‘alaih)

Ketiga, melakukan introspeksi
Bencana yang menimpa seorang muslim bisa jadi adalah ujian, bisa jadi juga teguran atas kesalahan yang diperbuatnya.

Jika bencana itu merupakan ujian maka beruntunglah ia dan masyarakat itu. Sebab semakin besar ujian, semakin besar pahalanya. Maka, sabar dan ridha pada ujian itu adalah pilihan terbaik.

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sesungguhnya besarnya pahala diukur dengan besarnya ujian, dan bila Allah suka kepada kaum, maka mereka diuji. Jika mereka ridha maka Allah ridha dan bila dia marah, Allah pun marah kepadanya. (HR. Tirmidzi)

Bencana bisa juga merupakan teguran atas kesalahan manusia. Bahkan, Nabi Yunus saja pernah ditegur Allah SWT atas kesalahannya dan beliau pun mendapatkan bencana berupa ditelan ikan hiu saat naik kapal dan kapalnya nyaris tenggelam. Tetapi Nabi Yunus segera sadar dan bertaubat kepada Allah. Maka, beliaupun menjadi Nabi terpilih yang dibanggakan Allah dalam surat Al-Qalam.

Mungkin gempa yang menimpa kita hari-hari ini juga akibat kesalahan dan dosa-dosa kita. Maka, jalan terbaiknya adalah mengevaluasi diri dan masyarakat kita, khususnya para pemimpin harus melakukan evaluasi ini. Setelah menyadari kesalahan dan dosa kita, segeralah bertaubat, memohon ampun kepada Allah dan melakukan perbaikan secepatnya.

Tidak hanya hablumminallah dan hablumminannas yang kita evaluasi, tetapi hablumminal alam juga perlu kita tengok kembali. Bagaimana kita berinteraksi dengan alam ciptaan Allah ini. Apakah selama ini kita mengeksploitasi tanpa berupaya melestarikan alam secara baik. Barangkali penggundulan hutan yang telah kita lakukan. Dan sebaliknya kita tidak pernah serius dalam melakukan reboisasi dan lain sebagainya. Begitupun dengan kualitas bangunan yang harus ditingkatkan sehingga lebih tahan terhadap gempa.

Keempat, bangkit kembali dari keterpurukan dan mengambil hikmahnya
Saat bencana terlewati, di samping taubat yang kita lakukan, kitapun perlu segera bangkit dan menatap masa depan. Bangkit kembali mental perjuangan kita. Bangkit pula kita dan masyarakat secara fisik dan materi. Rekonstruksi harus segera dilakukan dan pemerintah bertanggungjawab atas hal ini.

Perlu juga disadari bahwa setiap bencana membawa hikmah yang setara atau lebih besar dari bencana itu. Betapa banyaknya orang-orang yang kemudian bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya pasca bencana. Betapa banyaknya orang-orang yang kemudian sukses pasca bencana karena ia mampu melihat “celah sejarah” dan memanfaatkan momentum yang tepat. Betapa banyak negeri yang berjaya justru setelah bencana datang menimpanya.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102]
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sebelum kita memanjatkan doa di akhir khutbah jum’at ini, marilah kita renungka firman Allah SWT:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [الأعراف/96]
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf : 96)

Marilah kita kembali kepada Allah dengan beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Marilah kita ajak keluarga kita untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Marilah kita ajak tetangga dan masyarakat kita untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Marilah kita bersama-sama mengupayakan negeri tercinta ini menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Setelah itu, kitalah atau anak keturunan kita yang akan menjadi saksi atas janji Allah; melimpahnya berkah dari langit dan bumi.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

[Muchlisin]
Name

Abdul Somad,1,Adab,4,Akhir Zaman,4,Al-Qur'an,18,Amalan,2,Analisa,1,Aqidah,16,Arifin Ilham,4,Bedah Buku,106,Buku,1,Canda,1,Dakwah Kampus,15,Dakwah Sekolah,1,Danil S,10,De_Palupi,1,Doa,64,Ekonomis-Bisnis,7,Fadhilah,25,Feature,283,Fiqih,71,Foto,48,Gresia Divi,26,Hadits,77,Hanan Attaki,2,Hasan Al-Banna,25,Headline,2,Heny Rizani,4,Hidayah,4,Hikmah,55,Ibadah,4,Indonesia,1,Inspirasi Redaksi,7,Islam,6,Kaifa Ihtada,46,Keluarga,105,Kembang Pelangi,30,Kesehatan,13,Khutbah Jum'at,54,Kisah Nabi,2,Kisah Nyata,85,KMPD,89,Kulwit,14,Mancanegara,1,Materi Tarbiyah,11,Mija Ahmadt,1,Motivasi,26,Mukjizat,4,Muslimah,43,Nasional,406,Nasyid,7,Oktarizal Rais,9,Opini,80,Parenting,11,Pemuda,2,Pernikahan,22,Petunjuk Nabi,7,Pirman,178,Press Release,20,Profil,16,Puisi,5,Ramadhan,89,Ramadhan 2017,1,Redaksi,6,Renungan,122,Renungan Harian,342,Retnozuraida,3,Rumah Tangga,8,Salim A Fillah,4,Salman al-Audah,1,Sirah,3,Sirah Sahabat,22,Siyasah Syar'iyyah,3,Strategi Dakwah,5,Surat Pembaca,1,Syiah,14,Tadabbur Al-Kahfi,1,Tasawuf,1,Taujih,44,Tazkiyah,5,Tazkiyatun Nafs,35,Tifatul Sembiring,25,Ukhtu Emil,31,Video,83,Wakaf,5,
ltr
item
Tarbawia: Khutbah Jum’at: Bila Bencana Melanda
Khutbah Jum’at: Bila Bencana Melanda
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlskw6kOdzykQ0Jl2bSzOdih8DD9OVSSX5w4_DrWGYCHriroWXhMtvYqScuNsWJ7qOrj6DtnuOiBDCC9gR0uxNE8PgpYfZIRJQzwbGA2oFfpBOhm9Ytjyw-c3fdW3lPxMc2oFaDRHF7Nw/s200/Gempa+Padang.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlskw6kOdzykQ0Jl2bSzOdih8DD9OVSSX5w4_DrWGYCHriroWXhMtvYqScuNsWJ7qOrj6DtnuOiBDCC9gR0uxNE8PgpYfZIRJQzwbGA2oFfpBOhm9Ytjyw-c3fdW3lPxMc2oFaDRHF7Nw/s72-c/Gempa+Padang.jpg
Tarbawia
https://www.tarbawia.com/2009/10/khutbah-jumat-bila-bencana-melanda.html
https://www.tarbawia.com/
https://www.tarbawia.com/
https://www.tarbawia.com/2009/10/khutbah-jumat-bila-bencana-melanda.html
true
4661011185558750656
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content